Secara etimologis metafisika berasal
dari kata “meta” dan “fisika” (Yunani). “meta” berarti sesudah,
di belakang atau melampaui, dan “fisika”, berarti alam nyata.
Kata fisik (physic) di sini sama dengan “nature”, yaitu alam.
Metafisika merupakan cabang dari filsafat yang mempersoalkan tentang hakikat,
yang tersimpul di belakang dunia fenomenal. Metafisika melampaui pengalaman,
objeknya diluar hal yang ditangkap panca indra. Metafisika mempelajari
manusia, namun yang menjadi objek pemikirannya bukanlah manusia dengan segala
aspeknya, termasuk pengalamannya yang dapat ditangkap oleh indra. Sosiologi
mempelajari manusia dalam bentuk kelompok serta interaksinya yang dapat
ditangkap indra serta yang berada dalam pengalaman manusia; begitu juga psikologi,
biologi, dan sebagainya.
Namun metafisika mempelajari manusia
melampaui atau diluar fisik manusia dan gejala-gejala yang dialami manusia.
Metafisika mempelajari siapa manusia, apa tujuannya, dari mana asal manusia,
dan untuk apa hidup di dunia ini. Jadi metafisika
mempelajari manusia jauh melampaui ruang dan waktu. Begitu juga pembahasan
tentang kosmos maupun Tuhan, yang dipelajari adalah hakikatnya, di luar dunia
fenomenal (dunia gejala).
Metafisika dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu: 1) Ontologi, dan 2) Metafisika khusus. Ontologi
mempersoalkan tentang esensi dari yang ada, hakikat adanya dari segala sesuatu
wujud yang ada, “ontology is the theory of being qua being”(Runes,
1963,h.219). Sedangkan Metafisika Khusus, mempersoalkan theologi,
kosmologi, dan antropologi.
thanks, su much, sangat membantu menambah pengetahuan, semoga sehat2, terus berkarya
BalasHapus